B-1. (perdana)
hello.. salam kenal, saya R. ini blog pertama saya, sebagai pembuka, pada kesempatan ini saya ingin sedikit berbagi mengenai ilmu forensik, khususnya mengenai luka-luka pada kulit akibat persentuhan dengan benda tumpul yang kerap kita temukan. semoga blok ini memberikan manfaat, amin..
1. STRUKTUR
ANATOMI KULIT
Kulit
dibagi menjadi dua bagian besar, yakni bagian superficial disebut
epidermis dan bagian profunda disebut
dermis. Epidermis merupakan epitel bertingkat yang sel-selnya berubah bentuk
menjadi lebih pipih ketika matang dan kemudiaan akan naik ke permukaan. epidermis dengan struktur mikroskopis sangat
tebal dapat ditemukan Pada telapak tangan dan telapak kaki. Hal ini dimaksudkan
untuk menahan robekan dan kerusakan yang sering kali terjadi ataupun berpotensi
terjadi pada daerah ini. sedangkan Bagian tubuh lainnva cenderung memiliki struktur ketebalan epidermis yang
cenderung tipis, misalnya pada daerah
permukaan anterior lengan atas dan lengan bawah. 1
Dermis
terdiri dari jaringan ikat padat yang mengandung banyak pembuluh darah,
pembuluh limfe, dan saraf. Ketebalan dermis berbeda pada berbagai bagian tubuh,
struktur dermis yang cenderung lebih tipis lebih condong ditemukan pada daerah
permukaan anterior tubuh jika dibandingkan dengan daerah permukaan posterior
tubuh. Dermis lebih tipis pada wanita jika dibandingkan dengan pada pria.
Dermis pada kulit dihubungkan dengan fascia profunda atau tulang di baglan
dasarnya oleh fascia superficial, atau yang sering dlkenai sebagai jaringan
subkutan.1
Gambar 1. struktur kulit : epidermis, dermis, dan subkutan (sumber: Snell RS.
Anatomi klinik untuk mahasiswa kedokteran. Ed.6. Sugiharto L, penerjemah;
Hartanto H, et al, editor. Jakarta: EGC, 2006)1
Kulit
di atas sendi selalu terlipat pada tempat yang sama, disebut lipatan kulit.
Pada tempat ini, kulit lebih tipis dibandingkan tempat yang lain dan terfiksasi
dengan baik pada struktur di bawahnya oleh pita jaringan fibrosa yang kuat. Struktur
tambahan lain yang ada pada kulit adalah kuku, folikel rambut, kelenjar
sebasea, dan keienjar keringat.1
2. JENIS
LUKA KARENA BENDA TUMPUL PADA KULIT
A. Luka
lecet (abrasi)
Adalah
suatu kerusakan yang mengenai lapisan atas dari epidermis akibat adanya
kekerasan dengan benda yang mempunyai permukaan kasar, sehingga epidermis
menjadi tipis, sebagian atau seluruh lapisannya hilang.1
Kadang-kadang
luka lecet dapat member petunjuk tentang jenis benda yang menyebabkannya,
misalnya luka lecet tersebut berbentuk seperti ban mobil.1
Contoh luka
lecet :
a. Karena
bersentuhan dengan benda runcing seperti kuku, duri
b. Karena
bersentuhan dengan benda kasar misalnya terseret di jalan beraspal
c. Karena
tali lempar yaitu tali pada leher orang yang gantung diri, diikat dengan tali
tampar
d. Karena
bersentuhan dengan benda yang meninggalkan bekas seperti ban mobil
Gambar 2. abrasi karena terseret pada jalan beraspal
(A), abrasi karena terseret pada jalan berkerikil (B) (sumber : Shkrum MJ,
Ramsay DA. Forensic pathology of trauma : common problem for the pathologist.
New jersey: Human Press, 2005)5
Ciri-ciri luka2
a. Sebagian
atau seluruh epitel hilang
b. Kemudiaan
permukaan tertutup oleh eksudasi yang akan mongering (krusta)
c. Timbul
reaksi radang berupa penimbunan sel-sel PMN
d. Biasanyan
tidak meninggalkan jaringan parut
Luka
lecet memancarkan serum, yang akan semakin mengeras sehingga membentuk
keropeng, tetapi terkadang luka lecet juga dapat berdarah karena kadang-kadang
luka cukup dalam hingga mencapai papila vaskular yang berada pada permukaan
bawah dari epidermis. Namun, pendarahan yang terjadi pada luka lecet cenderung
terjadi pada tahap awal luka. Luka lecet yang lebih dangkal sehingga nyaris
tidak merusak kulit atau tanpa eksudasi serum dapat disebut sebagai sikatrik.3
Luka
lecet sering kali merupakan hasil dari pergerakan permukaan kulit di atas
permukaan yang bertekstur kasar ataupun sebaliknya. Dengan demikian bentuk luka
dapat memiliki penampilan linear dan pada pemeriksaan jarak dekat dapat
ditemukan bahwa epidermis superficial pada daerah luka condong untuk terpencar
ke salah satu ujung, hasil pemeriksaan tersebut menunjukkan arah perjalanan
dari permukaan lawan. Dengan demikian, sentuhan dengan permukaan yang bergerak
secara tangensial dapat mengakibatkan luka dengan bentuk horizontal atau
vertikal.3
Gambar 3. mekanisme penyebab abrasi (sumber : Stark MM. Clinical
forensic medicine : A Physician’s Guide. Ed 2nd. New jersey: Human
Press, 2005)3
pola
dari luka lecet tentulah lebih jelas jika dibandingkan dengan memar karena
lecet sering kali mengambil kesan yang cukup rinci dari bentuk objek yang
menyebabkannya dan luka lecet juga tidak memperpanjang ataupun memperbesar
ukurannya secara alamiah. Oleh karena itulah, luka lecet dapat menunjukkan
dengan tepat area penerapan gaya. Dalam pencekikan, dapat dijumpai lecet
berukuran kecil dan berbentuk bulan sabit yang disebabkan oleh kuku korban atau
penyerang. Seorang korban yang menolak serangan seksual atau serangan lainnya
sering kali mencakar penyerangnya, sehingga meninggalkan lecet parallel
berbentuk linear pada wajah penyerang. Beberapa lecet mungkin terkontaminasi
dengan bahan asing, seperti kotoran atau kaca, yang tentunya memiliki arti
penting secara medikolegal. Bahan tersebut harus hati-hati diawetkan untuk
selanjutnya analisis berdasarkan ilmu forensik.3
Gambar 4. abrasi berbentuk ireguler linear pada bagian dada kiri korban (A), pilar
penyebab timbulnya abrasi pada gambar A (B) (sumber : Shkrum MJ, Ramsay DA.
Forensic pathology of trauma : common problem for the pathologist. New jersey:
Human Press, 2005)5
Gambar
5. abrasi abdomen akibat gesekan pada sabuk pengaman pasca kecelakaan (sumber
: Shkrum MJ, Ramsay DA. Forensic pathology of trauma : common problem for the
pathologist. New jersey: Human Press, 2005)5
Luka lecet dapat
terjadi ante mortem atau post mortem.
Ante mortem :2
-
Warna cokelat kemerahan karena eksudasi
-
Mikroskopis terdapat sisa-sisa
epithelium dan tanda-tanda intravital
Post mortem :2
-
Tampak mengkilap, warna kekuningan
-
Mikroskopis epidermis terpisah sempurna
dari dermis dan tidak ditemukan tanda-tanda intra vital
-
Pada umumnya terjadi pada daerah
penonjolan tulang
Gambar 6. abrasi post mortem (sumber : Shkrum MJ, Ramsay DA. Forensic pathology of
trauma : common problem for the pathologist. New jersey: Human Press, 2005)5
Perkiraan umur
luka lecet :2
Umur luka lecet
secara makroskopis maupun mikroskopis dapat diperkirakan sebagai berikut :
·
Hari ke 1 samapi dengan 3 berwarna
cokelat kemerahan karena eksudasi darah dan cairan limfe
· 2 atau 3 hari kemudian pelan-pelan bertambah suramdan lebih gelap
· Setelah 1 sampai 2 minggu mulai terjadi pembentukan epidermis baru
· Dalam beberapa minggu akan timbul penyembuhan lengkap.
· 2 atau 3 hari kemudian pelan-pelan bertambah suramdan lebih gelap
· Setelah 1 sampai 2 minggu mulai terjadi pembentukan epidermis baru
· Dalam beberapa minggu akan timbul penyembuhan lengkap.
B. Luka
memar
Yang
mengalami kerusakan adalah jaringan subkutan sehingga pembuluh-pembuluh darah
(kapiler) rusak dan pecah sehingga daarah meresap ke jaringan sekitarnya.
Disini permukaan kulit tidak selalu mengalami kerusakan. Bagian tubuh yang
mudah mengalami luka memar adalah bagian yang membpunyai jaringan lemak
dibawahnya dan berkulit tipis. Luka memar tidak bias menunjukan dengan pasti
berat-ringannya kekerasan, juga tidak bias menunjukan jenis benda penyebabnya.2
Orang
yang mengalami kelainan dalam proses pembekuan darah lebih mudah mengalami luka
memar yang cukup luas, walaupun penyebabnya hanya kekerasan yang ringan,
misalnya pada penderita haemophilia.2
Umur luka memar
:2
a. Mula-mula
hanya timbul pembengkakan
b. Kemudian
berwarna merah kebiruan
c. Pada
hari ke 1 sampai dengan 3 warna menjadi biru kehitaman
d. Kemudian
warna menjadi biru kehijauan, berikutnya cokelat dan akhirnya menghilang dalam
1 sampai dengan 4 minggu.
Gambar 7. kontusi pada berbagai usia. Contusi awal : ungu-merah (A), contusi tahap
penyembuhan : cokelat (B), contusi hamper sembuh : kuning (C) (sumber : Shkrum MJ, Ramsay DA. Forensic
pathology of trauma : common problem for the pathologist. New jersey: Human Press,
2005)5
Walaupun
demikian umur yang pasti dari luka memar sulit ditentukan.2
Memar
merupakan dampak yang terjadi ketika darah dari dalam pembuluh darah berpindah
ke dalam jaringan perivaskular akibat adanya kebocoran pada pembuluh darah yang
nampak jelas di permukaan kulit sebagai suatu bentuk perubahan warna. 3
Perubahan
warna tersebut baik hanya bentuk warna, bentuk, dan lokasi bermanifestasi
sebagai akibat pigmen darah yang dipecah dan diserap jaringan sekitar yang
rusak. Namun dalam beberapa kasus ditemukan bahwa meskipun pembuluh darah pada
korban rusak, tidak selalu terwujud dalam bukti nyata pada kulit. Bahkan
diperlukan waktu berjam-jam atau bahkan berhari-hari untuk memar Nampak menjadi
cukup jelas pada permukaan kulit karena darah berdifusi melalui jaringan yang
rusak. 3
Kemampuan
darah untuk kemudian lolos dan menyusup ke jaringan subkutan sekitar pasca
pecahnya pembuluh darah kecil tidaklah terjadi begitu saja, namun juga
dipengaruhi oleh adanya tekanan akibat aksi pemompaan jantung. Dengan demikian,
secara teoritis memar tidak dapat terjadi setelah kematian. Bahkan, pukulan
berat yang dijatuhkan kepada korban yang terlebih dahulu meninggal hanya dapat
menyebabkan terjadinya derajat memar yang rendah, meskipun hal ini biasanya
hanya sedikit. Memar dapat berhubungan dengan bukti nyata cedera lainnya,
seperti luka lecet dan lesi pada umumnya.3
Gambar 8. mekanisme penyebab kontusi (sumber : Stark MM. Clinical forensic medicine
: A Physician’s Guide. Ed 2nd. New jersey: Human Press, 2005)3
Derajat
Memar biasanya bervariasi dalam tingkat keparahan menurut lokasi dan sifat
jaringan yang terkena, bahkan ketika kekuatan pukulan adalah sama. pukulan
relatif ringan bahkan dapat menghasilkan cukup bengkak memar pada daerah
permukaan yang didasarnya terdapat tulang dan jaringan yang longgar, seperti
pada daerah wajah. Orbit atau lingkar mata adalah daerah yang paling rentan,
sehingga menimbulkan istilah umum seperti mata hitam. Namun, perlu diketahui bahwa ada mekanisme
lain yang dapat mengakibatkan mata hitam, seperti cedera pada bagian depan
kulit kepala yang darahnya menguras ke bawah menuju punggungan supraorbital
atau fraktur pada basis crania yang memungkinkan darah untuk melarikan diri
melalui atap orbita.3
Gambar 9. penyebab kontusi pada daerah orbita (sumber : Stark MM. Clinical forensic
medicine : A Physician’s Guide. Ed 2nd. New jersey: Human Press,
2005)3
Memar
dapat menjadi semakin besar seiring berjalannya waktu, sehingga dapat
menyesatkan pemeriksa mengenai lokasi cedera yang sebenarnya. Karena memar
adalah perembesan mekanik sederhana dari jaringan darah, sehingga ekstensinya
dapat dipengaruhi oleh gerakan dan gravitasi. Dengan demikian, memar pada
bagian wajah dapat saja merupakan hasil dari cedera pada kulit kepala.
Kesulitan lebih lanjut muncul jika memar meluas sepanjang bidang jaringan yang
cenderung tidak terlihat menuju ke lokasi yang terlihat. Memar semacam ini
mungkin tidak menjadi jelas untuk beberapa waktu dan kemudian akan tampak pada
daerah yang lain. Dengan demikian, dalam kasus-kasus kekerasan yang serius,
sering dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan lebih lanjut pada satu atau dua
hari kemudian.3
Gambar 10. hidden kontusi (sumber : Shkrum MJ, Ramsay DA. Forensic pathology of
trauma : common problem for the pathologist. New jersey: Human Press, 2005)5
Umumnya
pada memar yang bersifat tidak dangkal dan intradermal cenderung muncul pada
luka yang spesifik dan biasanya sulit untuk mengidentifikasikan pendapat rinci
tentang agen yang bertanggung jawab terhadap munculnya memar tersebut. Namun,
ada beberapa memar yang cenderung memiliki pola atau karena bentuk atau ukuran
atau lokasi mereka memiliki arti yang sangat penting dalam proses
pengidentifikasian agen penyebab. Jenis pola umum yang dimaksud adalah termasuk
memar petekie mempresentasikan tekstur pakaian, pola ridge yang muncul akibat
bersentuhan dalam tekanan tertentu dengan telapak sepatu atau ban, atau memar
ungu bergaris-garis linear yang tampak pada daerah leher, pergelangan tangan,
pergelangan kaki atau disebabkan oleh penerapan ligatur dengan batang sering
meninggalkan memar bermotif yang terdiri dari area seluas pucat pusat yang
digariskan oleh dua band paralel sempit memar, yang disebut-tramline memar.3
Gambar 11. tramline kontusi (sumber : Shkrum MJ, Ramsay DA. Forensic pathology of
trauma : common problem for the pathologist. New jersey: Human Press, 2005)3
Memar
lainnya yang signifikansi dalam pemeriksaan forensik medikolegal tertentu
adalah lingkaran atau oval memar kecil dengan ukuran berkisar antara 1-2 cm
yang merupakan karakteristik tekanan ujung jari baik saat mencengkeram atau
menggenggam dengan tangan, dorongan dengan jari, atau dampak yang kuat dari
buku-buku jari. Mereka dapat dilihat pada anggota badan dalam kasus pelecehan
anak ketika anak tersebut dicengkeram oleh lengan dan terguncang atau di daerah
perut ketika korban ditusuk atau ditenekan. Namun, cedera nonaccidental
tersebut harus dibedakan dari memar pada balita dan anak-anak yang berhubungan
dengan aktivitas normal seperti bermain
ataupun berolahraga. Memar dapat dilihat pada leher dalam kasus pencekikan dan
kemudian biasanya berhubungan dengan tanda-tanda lain dari asfiksia.3
Ketika
terdapat adanya dugaan pelecehan seksual, kehadiran memar pada korban dapat
membantu dalam mendukung identifikasi keadaan korban dan memberikan indikasi
dari tingkat kekerasan yang digunakan pelaku. Misalnya tanda pegangan atau
upaya pertahanan yang biasanya berakibat cedera dapat ditemui pada daerah
lengan bawah dan lengan atas korban, sedangkan memar di daerah paha dan sisi
bagian dalam lutut dapat terjadi sebagai paksa pelaku dalam menarik terpisah
paha korban. Memar pada mulut dan bibir dapat disebabkan ketika seorang
penyerang menempatkan tangan di daerah wajah korban untuk menjaga korban agar
tetap tenang. Bekas gigitan (hickeys) juga kerap dijumpai pada daerah leher dan
payudara. Namun, penting untuk mengenali bahwa yang terakhir mungkin gejala
sisa dari hubungan seksual konsensual.3
Gambar 12. kontusi abdomen akibat tekanan sabuk pengaman pasca kecelakaan (sumber :
Shkrum MJ, Ramsay DA. Forensic pathology of trauma : common problem for the
pathologist. New jersey: Human Press, 2005)5
C. Luka
robek
Seluruh
tebal kulit mengalammmi kerusakan dan juga jaringan bawah kulit. Sehingga
epidermis terkoyak. Folikel rambut, kelenjar keringat, dan sebacea juga
mengalami kerusakan. Pada umumnya kalau sembuh akan menimbulkan jarungan parut
(sikatrik). Luka robek umumnya mudah terjadi pada kulit dengan adanya tulang
dibawahnya.2
Laserasi
disebabkan oleh adanya gaya yang dilakukan benda tumpul sehingga membelah
ketebalan kulit secara utuh. Kerusakan yang kerap terjadi pada kulit dan
jaringan lunak merupakan dampak dari besar kecilnya kekuatan dan tulang yang
mendasarinya daerah luka tersebut. Seperti pada luka lecet, lokasi cedera dapat
dianggap sebagai bentuk indikasi dari lokasi kontak dengan benda penyebab luka
tersebut. Laserasi dapat mengakibatkan pendarahan yang deras, terutama pada
wajah dan kulit kepala. Ketika ditimbulkan secara sengaja, gaya dapat
menyebabkan penyerang dan senjata yang menyerang ikut terkontaminasi dengan
darah.2
Gambar 13. mekanisme terjadinya lacerasi (sumber : Shkrum MJ, Ramsay DA. Forensic
pathology of trauma : common problem for the pathologist. New jersey: Human
Press, 2005)
Laserasi
memiliki fitur karakteristik tetapi sering meniru menorehkan luka ataupun,
terutama di mana kulit melekat secara erat dengan tulang yang mendasarinya,
misalnya pada kulit kepala. Laserasi dengan bentuk luka yang compang-camping
akibat hancur dan robeknya kulit cenderung menganga terbuka, memar dan
terkelupas. Pembuluh darah, saraf, dan jembatan jaringan juga cenderung tidak
Nampak dan masuk kedalaman luka.3
Bentuk
laserasi mungkin memberikan beberapa indikasi mengenai agen yang bertanggung
jawab. Misalnya, pukulan ke kulit kepala dengan palu akan meninggalkan luka
dengan sturktur penampang berbentuk bulat kecil yang ukurannya kurang-lebi
sesuai dengan penampang palu yang digunakan. Sebuah senjata dengan wajah
persegi atau persegi panjang, seperti gagang kapak, dapat menyebabkan laserasi
dengan bentuk seperti huruf Y di sudutnya.3
Gambar 14. irregular laserasi (A), terdapat jembatan jaringan pada laserasi (anak
panah-B) (sumber : Shkrum MJ, Ramsay DA. Forensic pathology of trauma : common
problem for the pathologist. New jersey: Human Press, 2005)5
Contoh cara terjadinya luka robek :2
a. Persentuhan
langsung dengan benda pada kulit diatas tulang
b. Persentuhan
dengan arah miring/tangensial dengan benda kasar
c. Persentuhan
dengan benda berputar
d. Patah
tulang yang menembus kulit diatasnya
Gambar 15. penyembuhan laserasi (sumber : Shkrum MJ, Ramsay DA. Forensic pathology
of trauma : common problem for the pathologist. New jersey: Human Press, 2005)5
Penyembuhan luka
lecet, memar, ataupun robek tergantung pada :2
·
Vaskularisasi
·
Kesehatan tubuh penderita
·
Ukuran luka
·
Ada tidaknya komplikasi, misalnya
infeksi
Daftar pustaka
1. Snell
RS. Anatomi klinik untuk mahasiswa kedokteran. Ed.6. Sugiharto L, penerjemah;
Hartanto H, et al, editor. Jakarta: EGC, 2006
2. Hoediayanto, Hariadi A. Ilmu kedokteran forensik dan
medikolegal. Ed. 8. Surabaya: departemen ilmu kedokteran forensic dan
medikolegal fakultas kedokteran universias airlangga, 2012
3. Stark MM. Clinical forensic medicine : A Physician’s
Guide. Ed 2nd. New jersey: Human Press, 2005
4. Shkrum MJ, Ramsay DA. Forensic pathology of trauma :
common problem for the pathologist. New jersey: Human Press, 2005
kritik dan saran sangat dibutuhkan, tks ya..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar